Selasa, 05 Juli 2011

Hilangnya Rasa Malu Wanita, Sumber segala Bencana




"Sesungguhnya Allah SWT apabila hendak membinasakan seseorang, dicabutnya dari orang itu sifat malu. Bila sifat malu telah dicabut darinya, engkau akan mendapatinya dibenci orang, malah dianjurkan supaya orang benci kepadanya, kemudian bila ia telah dibenci orang, dicabutlah sifat amanah darinya. Jika sifat amanah sudah dicabut, kamu dapati ia menjadi seorang pengkhianat. Jika telah menjadi pengkhianat, dicabutnya sifat kasih sayang. Jika telah hilang kasih sayangnya, maka jadilah ia seorang yang terkutuk. Jika telah menjadi orang terkutuk, maka lepaslah tali Islam darinya." (HR. Ibnu Majah)
dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda : "Jika Allah hendak menghancurkan suatu kaum (negeri), maka terlebih dahulu dilepaskannya rasa malu dari kaum itu." (HR. Bukhari-Muslim)
Suatu hari ketika Rasulullah berkumpul dengan para sahabatnya di mesjid, tiba-tiba datang seorang a'robi (orang Arab pinggiran) dan tanpa basa basi langsung kencing di sudut masjid. Para sahabat kaget bahkan hampir saja Umar Ibnu Khattab memukulnya, tapi Rasulullah SAW mencegahnya. Setelah itu, lalu ia bertanya dengan lantang "mana yang namanya Muhammad?" Setelah ditunjukkan wajah Nabi SAW, ia merasa sekujur tubuhnya lemah dan serta merta ia pun masuk Islam. Setelah masuk Islam ia baru tahu dan sadar bahwa apa yang barusan diperbuatnya itu suatu aib, perbuatan yang memalukan bahkan dosa besar.
Kisah ini meng-ilustrasikan norma yang begitu dalam. Seorang manusia akan persis binatang manakala tidak ada rasa malu.Kencing dimasjid apalagi dengan mempertotonkan aurat, adalah perbuatan binatang, tapi belum tentu semua orang akan berpendirian begitu. Bagi seorang a'robi (orang arab pinggiran) perbuatan itu mungkin bisa-bisa saja karena ketidaktahuannya akan norma yang baik, setelah ia tahu, baru sadar dan merasa malu akan perbuatannya. kisah ini mengajarkan bahwa dengan ilmu seorang akan memiliki rasa malu. Semakin banyak ilmu, maka akan semakin banyak menjauhi perbuatan yang memalukan.
Seperti halnya seseorang yang keluar rumah dengan pakaian sobek, karena tidak tahu, akan merasa biasa-biasa saja sekalipun banyak orang yang memandanginya sinis, Tapi manakala ia tahu, muncul rasa malu.
Tapi bagaimana seseorang yang berilmu (tahu), tapi masih tetap melaksanakan perbuatan yang memalukan (munkar)? manusia seperti ini jelas manusia yang tak tahu malu. Maka tak cukup hanya sekedar tahu atau berilmu, untuk malu seseorang mesti memiliki iman. Dengan iman ini, rasa malu akan terpelihara. Tanpa iman, maka tak ada rasa malu. Begitu juga tak ada sebuah keimanan yang tidak diiringi dengan rasa malu, pantas jika Rasulullah SAW bersabda bahwa malu sebagaian dari iman.
Rasa malu ibarat rem yang akan mengerem kita dari perbuatan munkar. Semakin besar rasa malu, maka rem itu semakin pakem sehingga sorang akan terhindar dari perilaku yang bertabrakan dengan norma.
Bisa dibayangkan, jika rasa malu itu hilang, maka segala perilakunya tidak akan terkontrol. Mempertontonkan aurat dianggap trend, bahkan menjadi tontonan sehari-hari keluarga kita. Akibatnya free sex dan kumpul kebo menjamur. Lebih jauh lagi, praktek aborsi menjadi trend yang sangat memalukan di negeri yang mayoritas islam.
Perilaku para pejabat dan politisi yang hilang rasa malunya, mengakibatkan korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi hal yang lumrah. Akibatnya rakyat menderita dan kelaparan. Sesuatu hal yang sangat tidak pantas di negeri yang katanya bagai surganya dunia.
Begitu juga praktek pembunuhan, bahkan pembantaian sangat ironis terjadi di negeri yang katanya memiliki peradaban yang tinggi. Tapi itu semua terjadi begitu saja akibat hilangnya rasa malu.Begitu hebatnya bencana yang muncul akibat hilangnya rasa malu hingga Rasulullah SAW pun menyindir "jika rasa malu hilang, maka lakukanlah apa saja oleh kalian sesuka nafsu kalian". Hal ini mendandung pengertian, jika rasa malu telah hilang, seseorang tidak akan mampu menimbang halal dan haram atau hak dan batal suatu perbuatan.
Kalau ini telah demikian adanya, apa bedanya dengan binatang, mereka hidup hanya bermodalkan hawa nafsu tanpa berlandaskan akal sehat. Bahkan manusia akan lebih rakus dan kejam dari binatang. Jika binatang 'mencuri' hanya sekedar mengisi perut, tapi manusia bisa milyaran bahkan triliunan rupiah.
Pantas jika Allah SWT berfirman : "Terangkan kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu menjadi pemelihara atasnya? Atau kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tiada lain hanyalah seperti binatang ternak bahkan mereka lebih sesat lagi". (Qs. Al-Furqon : 43-44)
Firman Allah SWT tersebut mengisyaratkan bahwa manusia yang hilang rasa malunya dikategorikan seperti binatang, bahkan lebih sesat dari binatang. Mengapa demikian? Jika binatang telanjang karena memang tidak memiliki nurani dan diciptakan sebagai pelengkap penderitaan, sementara manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna dengan seperangkat jasmani dan rohani yang lengkap. Manusia diberi akal pikiran untuk bisa membangun dirinya sekaligus bisa memedakan mana yang baik dan buruk. Jadi manakala ia berprilaku seperti binatang, maka ia akan jauh lebih sesat dari binatang. Untuk itu, kasus buka-bukaan  atau pamer aurat merupakan cermin manusia bermental binatang yang menggadaikan rasa malu demi meraih kesenangan semu.
M'g

Tidak ada komentar: