Jumat, 20 Juli 2012

Kisah sahabat Rasulullah :@ Usaid bin Hudhair @

Assalamualaikum wr.wb...

Apakabar iman'y hari ini ...?? smoga tetap selalu dalam lindungan allah swt...
Apakabat sahabat..?? smoga senantiasa diberikan nikmat sehat untuk hari ini....
semangaattttttttttttttt....!!!! ^o^

    Subhanaallah, esok sudah memasuki bulan ramadhan dan tadi shalat tarawih pertamaku dengan keluarga di tahun 2012. Alhamdulillah, target khatam al-quran selesai dch skarang target menghafal n khatam al-qur'an agy dan ega bisa shalat tarawih n berkumpul dengan keluarga..(cuenengnya.. :) : D ) tapi rencananya minggu dah balik agy ke bandung...heheh tapi next, ega ga bakal cerita tentang kisah ega alx dah lama ga corat coret makanya sekarang masih aga banyak banget yang pingin diceritain tapi satu-satu dulu aja dech... Malam ini ega mau berbagi "kisah-kisah tentang sahabat nabi". Seorang yang mengaku muslim harus tau orang-orang yang mulia yang menegakkan agama islam dan kali ini sahabat rasulullah yang menegakan islam adalah Usaid bin Hudhair . . 

                                                                           @#$%#%$@

     Usaid bin Hudhair sangat mencintai al qur'an. Ia bagai orang kehausan di padang yang panas lalu mendapatkan jalan menuju mata air yang sejuk.

      Secara khusus kaum Anshar ialah mereka yang secara tulus berjihad dengan harta dan jiwa mereka untuk menolong Rasulullah dalam menegakkan panji-panji Islam. Mereka bukan sekedar menolong kehadiran kaum Muhajirin dari Kota Makkah tetapi sudah menganggap bahwa kaum Muhajirin adalah saudar seiman yang amat mereka cintai. 
      Setelah Rasulullah SAW wafat, terdapat segolongan Anshar yang dikepalai oleh Sa'ad bin Ubadah yang mengumumkan bahwa mereka lebih berhak memegang Khalifah atas kelompok Muhajirin. Alasannya bukankah kaum Anshar yang telah membantu Nabi SAW di awal kehadirannya di Madinah dulu. Sehingga mereka merasa lebih pantas menerima amanah mulia memegang kepemimpinan atas kaum Muslimin. Ungkapan tersebut tentu saja mengundang reaksi dari kaum Muhajirin. Apalagi suasana kaum Muslimin sedang dalam keadaan berkabung. Adu debat pun tidak lagi dapat dielakkan siapakah yang lebih berhak memegang tampuk kekuasaan umat Islam kaum Anshar atau Muhajirin.
       Ketika suasana semakin memanas, maka Usaid bin Hudhair sebagai salah satu seorang tokoh dari kalangan Anshar tampil mendinginkan suasana. Kepada kaumnya ia berkata, "Bukankah tuan-tuan mengetahui bahwa Rasulullah SAW adalah dari golongan Muhajirin ? Karenanya khalifah juga sewajarnya dari golongan Muhajirin!. Dan kita adalah pembela Rasulullah maka kewajiban kita sekarang adalah membela Khalifahnya".
       Kata-kata kunci yang disampaikan Usaid mengakhiri percekcokan yang nyaris memecah belah persaudaraan itu. Siapakah lelaki penyelamat berotak cerdas bernama Usaid ini ? Dia adalah seorang pemimpin suku Aus. kabilah dari Yaman yang bertransmigrasi ke Madinah bersama saudaranya suku Khazraj. Belakangan kedua kabilah ini kemudian menetap disana. Ayahnya adalah Hudlairul Kata'ib seorang sesepuh Aus dan salah seorang bangsawan Arab di zaman jahiliyah. Sebelum kehadiran islam, kendati bersaudara, kedua suku besar tersebut selalu terlibat bentrok satu sama lain. Sekalipun begitu, disaat lain mereka sama-sama menghadapi musuh bebuyutan dari golongan Yahudi.
      Yahudi ini merupakan minoritas non pribumi yang menguasai perekonomian di Madinah. Sedikit banyak hal itu membuat golongan pribumi merasa iri. Sakit hati itu betambah membengkak karena orang-orang Yahudi bersikap angkuh dan takabur.
       Ayah Usaid, Hudhairul kata'ib termasuk pahlawan yang sangat gigih menentang keangkuhan dan kecongkakan Yahudi. Kegigihan dan keberanian itu mendatangkan kekaguman dikalangan kaumnya. Bagi Hudhair, tidak ada persahabatan dengan dedengkot-dedengkot Yahudi yang dikenalnya rakus dan selalu menghalalkan segala cara. sikap yang tegas tanpa kompromi itu mengalir ke putranya. Wajar kalau darah kepahlawanan seperti itupun dimiliki juga oleh Usaid bin Hudhair.

Awal keislaman Usaid

      Ketika Mush'ab bin Umair diutus Rasulullah ke Madinah untuk membina kelompok Anshar yang telah berbaiat kepada Nabi di Baitul Aqabah pertama, berita kedatangan beliau sudah sampai juga ke telinga Usaid. Mush'ab bin Umair tinggal di rumah As'ad bin Zurarah, seorang bangsawan suku Khazraj. As'ad kebetulan keluarga dekat Sa'ad bin Mu'adz (anak bibinya). Sedangkan Sa'ad bin Mu'adz adalah sahabat Usaid bin Hudhair ditampuk kepemimpinan suku Aus. Dirumah itu, keberadaan Mush'ab bin umair dijamin. Dirumah itu pula Mush'ab menebarkan hujjahnya yang jelas dan masuk akal ditambah dengan halus budinya membuat daya tarik yang kuat bagi penduduk Yatsrib. Apalagi sinar iman diwajahnya menyejukkan siapa saja yang memandangnya.
     Di atas semua itu yang lebih menarik hati adalah ayat-ayat yang dibacakan Mush'ab bin Umair disela-sela pembicaraannya. Hati yang keras bisa melunak. Orang yang merasa berlumuran dosa menyesali perbuatan masa lalunya yang gelap. Bahkan karenanya tidak ada orang yang meninggalkan majelis itu kecuali telah menyatakan dirinya bersyahadat memilih Islam sebagai jalan baru.
     Perkembangan yang begitu cepat itu membuat gusar Sa'ad bin Mu'adz. Ia segera menemui sahabatnya Usaid bin Hudhair dan berkata cemas, "Hai Usaid sebaiknya engkau datangi pemuda mekkah itu. Dia telah memengaruhi rakyat kita dan membodoh-bodohi mereka. Tuhan kita dijelek-jelekan. Cegahlah dia dan ingatkan jangan tinggal di negeri ini sejak hari ini!". Setelah berhenti sejenak. Sa'ad melanjutkan bicaranya, "Seandainya dia bukan tamu anak bibiku (As'ad bin Zurarah) sungguh akan aku bereskan sendiri.
     Mendengar itu, Usaid segera mengambil tombaknya lalu pergi mencari Mush'ab. Saat itu, As'ad bin Zurarah sedang menyertai Mush'ab bin Umair menemui Bani Abdul Asyhal untuk mengajarkan Islam kepada mereka. Keduanya masuk ke sebuah kebun milik Bani Abdul Asyhal lalu duduk-duduk dibawah pohon kurma di pinggir sebuah telaga.
      Kehadiran Mush'ab disambut oleh kaum Muslimin dan mereka yang belum masuk Islam Mush'ab segera berbicara. Ia menyampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang mau beriman dan menyampaikan kabar menyedihkan bagi mereka yang tidak mau beriman. Semua khusyuk mendengarkan. Belum lama majelis dimulai, As'ad bin Zurarah melihat Usaid bin Hudhair menuju tempat mereka. Ia segera memberi tahu Mush'ab, "Kebetulan wahai Mush'ab itu pemimpin kaum telah datang." ujarnya.
      "Ia seorang yang sangat cemerlang otaknya dan cerdas akalnya. Dia adalah Usaid bin Hudhair. Jika dia masuk Islam, tentu akan banyak orang mengikutinya. Berdoalah kepada allah dan hadapilah dia dengan bijaksana."
       Setibanya dihadapan majelis itu. Usaid bin Hudhari langsung berdiri ditengah-tengah mereka tatapan matanya tajam memandang ke arah Mush'ab dan orang-orang yang ada di situ. As'ad bin Zurarah juga tidak luput dari sorotan matanya yang nyaris tak berkedip. Ia menyimpan kemarahan yang sangat besar kepada pendatang dari Makkah ini.
       "Apa maksud tuan-tuan datang ke sini? Kalian hendak memengaruhi rakyat kami ? Pergilah kalian sekarang juga jika kalian masih ingin hidup". teriak Usaid. Mus'ab menoleh kepada Usaid dengan wajah sejuk. Tampak sekali cahaya iman memantul dan berseri-seri. Dengan gayanya yang simpati dan menawan dia mulai bicara. "Wahai tuanku, maukah engkau mendengarkan yang lebih baik dari itu?". "Apa itu?", sergah Usaid dengan mimik sinis.
      Mush'ab menalnjutkan, "Silahkan duduk bersama-sama kami, mendengar apa yang kami bicarkan. Jika engkau suka apa yang kami perbincangkan, silahkan ambil. Dan jika engkau tidak suka, kami akan meninggalkan kampung ini dan tidak akan kembali lagi". "Anda memang pintar", jawab Usaid hatinya mulai sedikit lumer. Ia menancapkan tombaknya ditanah, kemudian duduk dengan tenang. Mush'ab mengarahkan pembicaraan kepadanya tentang hakikat Islam sambil membaca ayat-ayat al quran disela-sela pembicaraannya. Beberapa saat kemudian tampak rasa gembira terpancar dimuka Usaid. Lalu dia berkata\,"Alangkah bagusnya apa yang engkau katakan. Apa yang kamu baca sungguh sangat indah. Apa yang kulakukan jika aku masuk Islam?". Dengan senang Mush'ab menjawab, "Mandila, bersihkan pakaianmu, lalu ucapkan dua kalimat syahadat!. Bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah sesudah itu shalat dua rakaat." Usaid langsung berdiri dan pergi ketelaga di sebelah kebun itu, ia segera menyucikan badan. Sekembali dihadapan Mush'ab ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengerjakan shalat dua rakaat.
      Mulai hari itu, bergabunglah kedalam barisan kaum Muslimin seorang bangsawan Arab, pengunggang kuda terkenal, pemimpin suku Aus yang dikagumi : Usaid bin Hudhair. Tidak lama setelah Usaid masuk Islam, Sa'ad bin Mu'adz masuk islam pula. Islamnya kedua tokoh ini menyebabkan seluruh masyarakat dari suku Aus masuk Islam. Sesudah itu jadilah Madinah tempat hijarah Rasulullah SAW dan tempat berdirinya pemerintah Islam yang besar.

Dicintai Malaikat

      Suatu malam Usaid duduk diberanda belakang rumahnya. Anaknya, Yahya tidur di dekatnya. Kuda yang selalu siap untuk berperang fi sabilillah diikat tidak jauh dari tempat duduknya. Suasana malam tenang dan hening. Permukaan langit jernih tanpa mendung. Usaid tergerak untuk membaca ayat Al quran yang suci.

"Alif lam miim, inilah kitab (al quran) yang tidak ada keraguan padanya, menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang gaib, yang menegakkan shalat dan yang menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugrahkan kepada mereka . . . . ." (QS. Al Baqarah :1-4)

Mendengar bacaan tersebut tiba-tiba kuda yang sedang ditambat lari berputart-putar. Hampir saja tali pengikatnya putus ketika usaid diam kuda itu diam dan tenang. Usaid itu melanjutkan lagi bacaannya. .

"Mereka itilah yang mendapat petunjuk dari Rabb-nya dan merekalah orang yang beruntung". (QS. Al Baqarah: 5)

     Kembali kuda Usaid berputar-putar lebih hebat dari semula. Ketka ia memandang ke langit ia mendapati pemandangan bagai payung yang mengagumkan. Ia belum pernah melihat pemandangan serupa itu sebelumnya. Awan itu indah berkilau bergantung seperti lampu memenuhi ufuk bergerak naik dengan sinarnya yang terang. Kemudian perlahan-lahan menghilang dari pandangan. Esok harinya Usaid pergi menemui Rasulullah SAW menceritakan peristiwa yang dialaminya. Rasulullah berkata, "Itu adalah malaikat yang ingin mendengarkan engkau membaca al quran. Seandainya engkau teruskan, pastilah akan banyak orang yang bisa melihatnya. Pemandangan itu tidak akan tertutup dari mereka." (HR. Bukhari-Muslim)
      Usaid bin Hudhair hidup sebagai seorang ahli ibadah. Harta benda dan jiwa raga yang dimilikinya diserahkan sepenuhnya untuk perjuangan Islam. Bagi Usaid tidak ada puncak keindahan dan kemenangan dalam perjalanan hidupnya selain bila cahaya islam terus bersinar. Pandangan hidup yang seperti itu mengantarkan memperoleh julukan sebagai "Sebaik-baik laki-laki Usaid bin Hudhair" kata Rasulullah SAW.
      Usaid ditakdirkan Allah sempat melihat kepemimpinan Khalifah Umar Al-Faruq yang tegas, adil dan bijaksana. Dan pada bulan Sya'ban tahun 20 Hijriah ia berpulang menyusul syuhada-syuhada yang telah mendahuluinya. . . .



By Mega Puspitasari
       

Tidak ada komentar: