Jumat, 22 Juni 2012

Kisah Kasih Kehidupan # part six

Assalamualaikum wr.wb...


           Ada telur pasti ada ayamnya. Tidak mungkin telur bisa muncul tanpa ada ayam. Tapi yang masih membingungkan yang duluan ada itu terlur dulu atau ayamnya dulu...????... Tapi sekarang ga ngebahas tentang telur dan ayam tadi hanya sebuah ungkapan . . .
           Ada anak pasti dibaliknya ada orang tua. ga mungkin ada anak ga da orang tua pastilah mempunyai orang tua kecuali orangtuanya meninggal. Akhir-akhir ini emosi ega ga stabil, ega mudah sekali gampang marah dan cepat tersinggung tak terkecualikan ke orangtua juga. Kemarin hanya gara-gara hal sepele ega berantem dengan mama dan papa. Hufh, ega paling ga suka kalau kebutuhan ega ditunda-tunda tapi karena kemarin mungkin  mama agy sibuk dan capek jadi lupa tentang keinginan ega. Ega tergolong anak yang masih banyak nuntut dan manja kepada kedua orangtua. Sampai kemarin ega bertengkar sama mama, karena hal sepele itu ega diam seribu bahasa sama mama. Ga ada ucapan  apapun yang keluar dari mulut ega sampai ega kembali agy ke Bandung. Saat itu emosi masih menguasai tanpa ega pikirkan dan melihat seberapa besar pengorbanan mama. Saat di perjalan papa selalu nelponin ega tapi ga direspon karena hati ega terlalu kesal dan belum bisa berpikir jernih. Masih mengutamakan emosi dibandingkan perhatian yang saat itu papa berikan. Rasanya campur aduk saat itu pingin teriak dan meluapkan emosi ega kalau ega sedang marah tapi saat itu  ga bisa coz ega masih bisa berfikir jernih sedikit, "Lidahmu adalah musuhmu" ega tak bisa marah dengan mengeluarkan kata-kata kesiapapun apalagi mereka berdua adalah orangtua yang melahirkan dan membesarkan ega. Takut tiap "kata" yang keluar dari mulut ini malah akan memberikan luka lebih baik menyimpannya atau menuliskannya keatas tanah/pasir. 
             Tiap di perjalanan ega malah bertemu dengan hal-hal yang mungkin ini secara kebetulan atau tidak menyadarkan hati ega yang sedang keruh. Mulai saat di dalam bis, ega bertemu seorang pengemis ibu-ibu yang menggendong anaknya (balita) sedang meminta-minta belas kasihan padahal hari itu masih pagi. Melihat anak yang digendongnya dan ibu itu membuat ega jadi sedih dan malu betapa pengorbanan ibu untuk anaknya. Mungkin anak itu tak pernah tau apa yang ibunya lakukan dan kenapa dya ada di dalam bis itu yang dya tau hanya bertemu dengan orang banyak, ramai dan naik kendaraan yang sama dengan orang yang ada disekitar tanpa pernah merasakan berat beban yang dipikul orang yang menggendongnya. Menyadarkan diri bahwa kelakuan kemarin dan tadi pagi mendiami mama itu hal yang ga pantas ega lakukan untuk beliau. Secapek apapun, semarah apapun mama kepada ega ga pernah meluapkannya seperti ega diamin beliau seharian hanya gara-gara keinginan ega di lupakan sama mama mungkin saat itu mama ga sengaja lupa. Ya allah, ega masih tak sayang orang tua. Orang tua itu sangat berharga apalagi seorang ibu, dari rahimnya ega keluar selama 9 bulan dikandungnya, ega selalu dibawanya kemanapun mama pergi. Selama itu mama selalu menanti kehadiran buah hatinya berharap dari rahimnya itu tumbuh seorang yang menjadi berguna dan bermanfaat buat lingkungan. Selama itu juga tenaga mama dibagi kepada buah hatinya, setiap makanan yang masuk selalu mama bagi untuk bisa melihat buah hatinya tumbuh dengan sehat dan kuat tanpa melihat kondisi mama. Dan saat buah hatinya lahir mama berharap buah hatinya bisa tumbuh menjadi anak yang sholehah, dan seorang yang baik dan berguna buat sesamanya. Air mata ega ga bisa dibendung agy dalam perjalanan ega menangis sendiri. . .
               Egapun bercerita ke sahabat ega kalau ega sedang bertengkar dengan orang tua. Didunia ini orang yang paling dekat dengan kita dan menyayangi dengan kasih sayang yang tulus adalah ibu dan bapak. Melihat sahabat ega yang sudah ditinggal orang tuanya (ayahandanya) membuat ega semakin malu dan belum bisa bersyukur betapa pentingnya mempunyai mama dan papa. Ega masih belum bisa bersyukur dengan apa yang ega punya apalagi sebuah harta yang berharga buat hidup ega sendiri. Saat papa nelpon agy betapa perhatian yang dikasih belum tentu sama dengan apa yang orang lain dapatkan saat ini kepada ega. Dengan rasa malu ega mengangkat telpon, dan papa masih menanyakan keadaan ega dan mama masih mengingatkan ega agar jangan lupa minum obatnya. Maafin ega, masih menyia-nyiakan kasih sayang orangtua. Mempunyai orang tua yang begitu perhatian itu sangat mahal. . . Ridho allah ada pada ridho orang tua, banyak anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya dan ega ga mau menjadi anak yang durhaka kepada kedua orang tua apalagi melupakan pengorbanan dan jasa-jasa beliau.










Tidak ada komentar: